Jumbo Headline!

Got something important to say? Then make it stand out by using the jumbo headline option and get your visitor’s attention right away.

Niat, Ikhlas, dan Syukur

Assalamualaikum, wr.wb

Hai, selamat menyimak materi kultum perdana saya 🙂

 

Niat, Ikhlas, dan Syukur

Niat itu merupakan pilar utama dalam ilmu ikhlas. Allah berfirman di dalam kitabnya, “Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru kepada Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya”. Niat adalah kecendrungan/kemauan kuat yang merupakan motivator bagi kekuatan. Jika suatu amal perbuatan dapat terealisasikan dengan dorongan niat, maka niat dan amal tersebut merupakan ibadah yang sempurna. Sebagai contoh, tujuan berzakat itu bukan untuk menghilangkan hak milik, melainkan untuk memusnahkan sifat kikir, yakni memotong sifat ketergantungan kita terhadap harta benda. Tujuan dari menyembelih hewan qurban bukanlah untuk daging dan darahnya, tetapi rasa ketakwaan hati dengan mengagungkan dan membesarkan syiar-syiar Allah SWT. Dari Umar bin Khattab ra, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda ; “sesungguhnya segala pekerjaan itu (diterima/tidaknya di sisi Allah SWT) hanyalah tergantung niatnya. Dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Maka barang siapa hijrahnya kepada Allah SWT dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah SWT dan rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkan” [HR. Muttafaq’ Alaih]. Jika disimpulkan, niat adalah dasar dari segala perbuatan. Oleh karena itu, setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah SWT hanya sebatas niatnya, maka jika kita mengerjakan sesuatu dengan niatan murni karena Allah dan mengharapkan ridha-Nya insyaallah amal ibadah kita diterima. tetapi jika niatnya untuk selain Allah, maka pekerjaannya itu dapat menjadi bencana baginya.

Ikhlas. Menurut Imam Al-Ghazali, ikhlas itu memiliki prinsip, hakikat, dan kesempurnaan. Prinsip ikhlas, adalah niat. Karena sesungguhnya di dalam niat itu terdapat keikhlasan. Sedangkan hakikat ikhlas adalah kemurnian niat. Dan kesempurnaan dari ikhlas adalah kejujuran. Di dalam surah Al-Bayyinah ayat 5 disebutkan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dengan lurus”. Ikhlas merupakan sifat yang sangat agung. Suatu rahasia dari rahasia-rahasia yang dititipkan hanya di qalbu para hamba yang dicintai-Nya. Ikhlas adalah tingkat ihsan, yang meyakini sekalipun dirinya tidak dapat melihat Allah, tetapi Allah dapat melihat segala yang ia kerjakan. Ia meyakini Allah selalu bersamanya dimanapun ia berada. Ikhlas itu tidak pernah memandang, menghitung-hitung apa-apa saja yang telah ia perbuat, tidak mengharapkan imbalan/balasan, tidak membutuhkan pengakuan atas dirinya, hawa nafsunya, apalagi orang lain. “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan kekayaan kalian, tetapi Allah melihat kepada qalbu dan amalan-amalan kalian.” (HR. Imam Muslim)

Syukur. Allah SWT berfirman, “Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmatku”. Menurut Imam Al-Ghazali, syukur itu memiliki kedudukan yang tinggi. Kedudukan syukur lebih tinggi dari sabar, khauf, zuhud, dan maqam-maqam lainnya. Sebab, maqam-maqam lainnya tidak ditujukan untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain. Sabar misalnya, ditujukan untuk mengalahkan hawa nafsu. Khauf, ditujukan sebagai cambuk bagi orang-orang yang takut dan menggiringnya menuju maqam-maqam yang terpuji, dan zuhud merupakan sikap yang melepaskan diri dari ikatan-ikatan hubungan yang bisa melupakan Allah SWT. Sedangkan syukur itu dimaksudkan untuk diri sendiri, karenanya ia tidak terputus di dalam surga. Sedangkan maqam-maqam lainnya, tidak ada lagi di surga, karena telah habis masa berlakunya. Sedang syukur kekal di dalam surga. Itulah mengapa Allah berfirman ; “Dan penutup doa mereka (penghuni surga) ialah,  ‘Al-hamdlillahirab al-Alamin’ (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)” [QS Yunus:10]. Imam Ghazali berkata, setiap orang akan mengetahui hal tersebut, jika telah memahami hakikat tentang syukur.

90 comments for “Niat, Ikhlas, dan Syukur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *